BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN QIRA’AT
Kata
qira’at dalam bahasa Arab, adalah
bentuk jamak dari qira’ah, yaitu
berbentuk ism mashdar, yang berasal
dari fi’il dengan akar kata, qara’a-yaqra’u-qira’atan, berarti
bacaan.Al-Qur’an berasal dari Allah Swt. kepada malaikat Jibril As.,
yang kemudian sampai kepada Nabi Muhammad Saw.dalam bentuk bacaan.
Menurut
istilah, qira’at berarti suatu mazhab
dalam membaca Al-Qur’an, yang ditetapkan oleh seorang imam ahli qurra, dengan sanad yang kokoh kepada
Rasulullah Saw., dan berbeda dengan mazhab-mazhab lain.
Pada
zaman jahiliah, orang Arab mempunyai beberapa bahasa (dialek) yang kadang-kadang
satu sama lain agak berbeda, terutama dalam cara pengucapannya. Akan tetapi
mereka tetap mengutamakan bahasa Quraisy, yang dengan bahasa itu Allah
menurunkan Al-Qur’an.
Bahasa
Quraisy mengatasai sekalian dialek yang hidup di Jazirah Arab, yang jumlahnya
waktu itu sampai puluhan dialek. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor,
antara lain:
a. Kota Mekah (yang memakai bahasa Quraisy)
adalah pusat perniagaan dan pusat berbagai kegiatan sosial, budaya, dan agama.
Ini disebabkan di kota Mekah ada rumah suci (Baitullah/ka’bah), dan karena banyaknya penguasa-penguasa bangsa
Arab yang berasal dari situ.
b. Bahasa Quraisy adalah bahasa yang paling
kaya, tidak mengherankan kalau Al-Qur’an turun dengan bahasa Arab Quraisy,
sehingga memudahkan pengertian orang itu. Apalagi di kota Mekah berkumpul para
ahli bahasa Quraisy, bahasa yang paling kaya dengan bahasa asing yang telah
diarabkan. Sedang pada bahasa dan dialek-dialek lainnya tidak begitu banyak
menyerap kata-kata asing itu. Dengan begitu, tidak mengherankan kalau Al-Qur’an
turun dengan bahasa Arab Quraisy dengan bahasa asing sehingga memudahkan
pengertian orang. Apalagi di kota Mekah berkumpul ahli bahasa, sastrawan, dan
ahli-ahli pidato. Tidak mengherankan, bilamana kabilah-kabilah Arab yang
berdiam di sekitar kota Mekah membaca, mengucapkan ayat-ayat suci Al-Qur’an itu
menurut lidah dan dialek yang mereka kuasai. Hal ini lama-kelamaan menimbulkan
perbedaan qir’atdi kalangan mereka
sendiri, sekalipun perbedaan demikian tidak principal dan tidak merusak makna
dari lafal ayat yang mereka baca.
B.
ADAB MEMBACA AL-QUR’AN
1.
Adab membaca Al-Qur’an
Semua
perbuatan yang dilakukan manusia memerlukan etika dan adab untuk melakukannya,
apalagi membaca Al-Qur’an yang memiliki nilai yang sangat sakral dan beribadah
agar mendapat ridha dari Allah Swt.yang dituju dalam buku-buku ibadah tersebut.
Membaca Al-Qur’an tidak sama seperti membaca Koran atau buku-bukku lain yang
merupakan kalam atau perkataan manusia belaka. Membaca Al-Qur’an adalah membaca
firman-firman Allah dan berkomunikasi dengan Allah .Maka seseorang yang membaca
Al-Qur’an seolah-olah berdialog dengan Allah.Oleh karena itu, diperlukan adab
yang baik dan sopan di hadapan-Nya. Banyak adab dalam membaca AL-Qur’an yang
disebutkan oleh para ulama, di antaranya sebagai berikut:
a. Berguru secara musyafahah
b. Niat membaca dengan ikhlas
c. Dalam keadaan bersuci
d. Memilih tempat yang pantas dan suci
e. Menghadap kiblat dan berpakaian sopan
f. Bersiwak (gosok gigi)
g. Membaca Ta’awwuds
h. Membaca Al-Qur’an dengan tartil
i.
Merenungkan
makna Al-Qur’an
j.
Khusyu’ dan Khudhu’
k. Memperindah suara
l.
Menyaringkan
suara
m. Tidak dipotong dengan pembicaraan lain
n. Tidak melupakan ayat-ayat yang sudah
dihafal
2.
Ta’awwudz dan Basmalah
Maksud
ta’awwudz adalah membaca a’udzu billah min as-syaithan ar-rajim,
yakni aku mohon perlindungan kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk.Dan
adapun membaca basmalah di sini
adalah membaca Bismillah Ar-Rahman
Ar-Rahim.Seseorang setiap akan membaca
Al-Qur’an disunnahkan membaca ta’awwudz.
Baik ketika akan memulai dari awal surah atau tengah surah, baik di dalam
shalat maupun di luar shalat. Seseorang yang akan membaca Surah Al-Fatihah
dalam setiap raka’at dalam shalat tetap disunnahkan membaca ta’awwudz sebelum membaca basmalah ketika akan membaca Al-Qur’an
untuk menolak bisikan syetan yang mengganggu manusia dalam beragama ataupun
dalam urusan dunia. Demikian juga untuk mohon
perlindungan dari syetan yang mencegah perbuatan baik dan yang mendorong
perbuatan jahat. Dasar perintah ta’awwudz ketika akan membaca Al-Qur’an adalah firman
Allah dalam Al-Qur’an Surah An-Nahl (16): 98:
“Apabila
kamu membaca Al-Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari
syetan yang terkutuk.”
Dari
ayat ini kiranya dapat dipahami tentang sunnahnya membaca ta’awwudz ketika akan membaca Al-Qur’an. Membaca selain Al-Qur’an seperti
membaca buku agama, membaca buku biasa, membaca sejarah Nabi Saw.(Sirah Nabawiyyah) misalnya, cukup
membaca basmalah saja tidak perlu
membaca ta’awwudz. Kecuali dalam
do’a-do’a tertentu atau pada saat-saat tertentu yang dianjurkan berdo’a ta’awwudz, misalnya ketika akan masuk WC
atau yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar