Jumat, 26 Desember 2014

QIRA'AT DAN CARA MEMBACA AL-QUR'AN



BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN QIRA’AT
Kata qira’at dalam bahasa Arab, adalah bentuk jamak dari qira’ah, yaitu berbentuk ism mashdar, yang berasal dari fi’il dengan akar kata, qara’a-yaqra’u-qira’atan, berarti bacaan.Al-Qur’an berasal  dari Allah Swt. kepada malaikat Jibril As., yang kemudian sampai kepada Nabi Muhammad Saw.dalam bentuk bacaan.
Menurut istilah, qira’at berarti suatu mazhab dalam membaca Al-Qur’an, yang ditetapkan oleh seorang imam ahli qurra, dengan sanad yang kokoh kepada Rasulullah Saw., dan berbeda dengan mazhab-mazhab lain.
Pada zaman jahiliah, orang Arab mempunyai beberapa bahasa (dialek) yang kadang-kadang satu sama lain agak berbeda, terutama dalam cara pengucapannya. Akan tetapi mereka tetap mengutamakan bahasa Quraisy, yang dengan bahasa itu Allah menurunkan Al-Qur’an.
Bahasa Quraisy mengatasai sekalian dialek yang hidup di Jazirah Arab, yang jumlahnya waktu itu sampai puluhan dialek. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, antara lain:
a.       Kota Mekah (yang memakai bahasa Quraisy) adalah pusat perniagaan dan pusat berbagai kegiatan sosial, budaya, dan agama. Ini disebabkan di kota Mekah ada rumah suci (Baitullah/ka’bah), dan karena banyaknya penguasa-penguasa bangsa Arab yang berasal dari situ.
b.      Bahasa Quraisy adalah bahasa yang paling kaya, tidak mengherankan kalau Al-Qur’an turun dengan bahasa Arab Quraisy, sehingga memudahkan pengertian orang itu. Apalagi di kota Mekah berkumpul para ahli bahasa Quraisy, bahasa yang paling kaya dengan bahasa asing yang telah diarabkan. Sedang pada bahasa dan dialek-dialek lainnya tidak begitu banyak menyerap kata-kata asing itu. Dengan begitu, tidak mengherankan kalau Al-Qur’an turun dengan bahasa Arab Quraisy dengan bahasa asing sehingga memudahkan pengertian orang. Apalagi di kota Mekah berkumpul ahli bahasa, sastrawan, dan ahli-ahli pidato. Tidak mengherankan, bilamana kabilah-kabilah Arab yang berdiam di sekitar kota Mekah membaca, mengucapkan ayat-ayat suci Al-Qur’an itu menurut lidah dan dialek yang mereka kuasai. Hal ini lama-kelamaan menimbulkan perbedaan qir’atdi kalangan mereka sendiri, sekalipun perbedaan demikian tidak principal dan tidak merusak makna dari lafal ayat yang mereka baca.
B.     ADAB MEMBACA AL-QUR’AN
1.      Adab membaca Al-Qur’an
Semua perbuatan yang dilakukan manusia memerlukan etika dan adab untuk melakukannya, apalagi membaca Al-Qur’an yang memiliki nilai yang sangat sakral dan beribadah agar mendapat ridha dari Allah Swt.yang dituju dalam buku-buku ibadah tersebut. Membaca Al-Qur’an tidak sama seperti membaca Koran atau buku-bukku lain yang merupakan kalam atau perkataan manusia belaka. Membaca Al-Qur’an adalah membaca firman-firman Allah dan berkomunikasi dengan Allah .Maka seseorang yang membaca Al-Qur’an seolah-olah berdialog dengan Allah.Oleh karena itu, diperlukan adab yang baik dan sopan di hadapan-Nya. Banyak adab dalam membaca AL-Qur’an yang disebutkan oleh para ulama, di antaranya sebagai berikut:
a.       Berguru secara musyafahah
b.      Niat membaca dengan ikhlas
c.       Dalam keadaan bersuci
d.      Memilih tempat yang pantas dan suci
e.       Menghadap kiblat dan berpakaian sopan
f.       Bersiwak (gosok gigi)
g.      Membaca Ta’awwuds
h.      Membaca Al-Qur’an dengan tartil
i.        Merenungkan makna Al-Qur’an
j.        Khusyu’ dan Khudhu’
k.      Memperindah suara
l.        Menyaringkan suara
m.    Tidak dipotong dengan pembicaraan lain
n.      Tidak melupakan ayat-ayat yang sudah dihafal
2.      Ta’awwudz dan Basmalah
Maksud ta’awwudz adalah membaca a’udzu billah min as-syaithan ar-rajim, yakni aku mohon perlindungan kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk.Dan adapun membaca basmalah di sini adalah membaca Bismillah Ar-Rahman Ar-Rahim.Seseorang setiap akan membaca Al-Qur’an disunnahkan membaca ta’awwudz. Baik ketika akan memulai dari awal surah atau tengah surah, baik di dalam shalat maupun di luar shalat. Seseorang yang akan membaca Surah Al-Fatihah dalam setiap raka’at dalam shalat tetap disunnahkan membaca ta’awwudz sebelum membaca basmalah ketika akan membaca Al-Qur’an untuk menolak bisikan syetan yang mengganggu manusia dalam beragama ataupun dalam urusan dunia. Demikian juga untuk mohon perlindungan dari syetan yang mencegah perbuatan baik dan yang mendorong perbuatan jahat. Dasar perintah ta’awwudz  ketika akan membaca Al-Qur’an adalah firman Allah dalam Al-Qur’an Surah An-Nahl (16): 98:

“Apabila kamu membaca Al-Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syetan yang terkutuk.”
Dari ayat ini kiranya dapat dipahami tentang sunnahnya membaca ta’awwudz ketika akan membaca Al-Qur’an. Membaca selain Al-Qur’an seperti membaca buku agama, membaca buku biasa, membaca sejarah Nabi Saw.(Sirah Nabawiyyah) misalnya, cukup membaca basmalah saja tidak perlu membaca ta’awwudz. Kecuali dalam do’a-do’a tertentu atau pada saat-saat tertentu yang dianjurkan berdo’a ta’awwudz, misalnya ketika akan masuk WC atau yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar